KEDIRI |Destara.news – Tambang pasir ilegal di Sungai Brantas, tepatnya di desa Melati kecamatan Mojo, kabupaten Kediri kembali beroperasi. Dalam beroperasi kegiatan tambang ini tidak hanya manual, akan tetapi tambang pasir ilegal itu sudah memakai alat berat dalan melakukan pengerukan.
Aktivitas tambang pasir di Sungai Brantas kabupaten Kediri ini sebenarnya sudah lama berlangsung. Namun awalnya dulu, kegiatan penambangan pasir dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan bantuan mesin seperti ekskavator ataupun pompa pasir.
NAmun saat ini, pengambilan pasir sudah menggunakan mesin pompa yang dialirkan langsung menuju truk-truk pengangkut diesel penyedot pasir.
“Ini kan sudah lama, tapi dulu tidak ada bego atau ekskavator. Sekarang sudah bebas di sedot dengan alat berat,” ungkap warga melati yang akrab disapa Pak Ri.
Tentu dengan alat berat dan mesin pompa, proses penambangan pasir bisa dilakukan dengan lebih cepat dan efisien. Artinya jumlah pasir yang terkeruk dari dasar Sungai Brantas semakin banyak.
Kondisi itu tentu akan mengubah dan merusak ekosistem sungai Brantas. Bahkan dengan adanya penambangan pasir ilegal ini, Sungai Brantas akan semakin membahayakan karena kedalamannya bertambah dan arus menjadi semakin deras.
“Ya kalau disedot dengan alat berat terus menerus pasti akan semakin dalam dan membahayakan,” imbuhnya.
Menurut warga sekitar pemilik tambang ilegal ini orang lokal namun juga ada yang berasal dari luar Blitar. Mereka sengaja melakukan panambangan di sungai Brantas karena memiliki kualitas pasir yang cukup baik.
Pasir hasil penambangan di sungai Brantas ini pun beredar bukan hanya di kecamatan mojo namun juga wilayah sekitar, seperti kota Kediri hingga timur sungai.Baiknya kualitas dan lebih murahnya harga, membuat pasir dari Sungai brantas mlati mojo ini banyak diminati.
Dari keterangan warga rata-rata ada belasan hingga puluhan truk yang hilir mudik membeli pasir di area tambang ilegal tersebut.
“Wah kalau jumlahnya pasti banyak setiap hari, dan juga sering buka tutup memang sudah dari dulu jadi banyak yang kenal juga,” tutupnya.
Selain merusak ekosistem Sungai Brantas, banyaknya kendaraan pengangkut pasir juga membuat jalan warga sering rusak dan berlubang. Warga sekitar sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
Mereka memilih untuk diam demi menghindari terjadinya konflik dengan para penambang pasir ilegal tersebut. [Tim Media]