Jeneponto || Panturapos.com – 15 Juni 2024 – PT PLN (Pesero) melalui subholding PLN Nusantara Power (NP) menggandeng Pemerintah Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan dalam pemanfaatan limbah produksi jagung menjadi bahan biomassa. Bahan tersebut digunakan sebagai bahan _co-firing_ di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya.
_Co-firing_ merupakan teknik substitusi dalam pembakaran PLTU, di mana sebagian batu bara yang dijadikan bahan bakar diganti dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa sehingga dapat menekan emisi gas buang. Sebelumnya, PLTU Punagaya telah menggunakan _co-firing_ yang berasal dari _sawdust dan woodchip._
Penjabat Bupati (Pj Bupati) Jeneponto, Junaedi Bakri menyampaikan potensi wilayahnya sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data yang ada, dengan luas lahan tanam jagung mencapai 60.165 hektare dan produksi jagung di tahun 2022 mencapai 418 ribu ton, wilayah ini memiliki andil besar terhadap suplai jagung nasional.
Dia pun mengapresiasi PLN Nusantara Power yang telah mengambil langkah tepat dalam memanfaatkan limbah bonggol jagung yang berlimpah tersebut. Langkah nyata itu pun membuat produksi lebih bermanfaat untuk energi hijau.
“Saya melihat ada potensi besar yang dapat dimanfaatkan PLN Nusantara Power dalam mengolah limbah bonggol jagung sebagai bahan biomassa. Saya berharap agar limbah ini dapat terserap paling tidak 20% dari total produksi jagung,” ujar Junaedi Bakri.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkap, PLN terus berkomitmen dan konsisten untuk menghadirkan energi bersih demi tercapainya _Net Zero Emissions_ (NZE). Menurutnya, pemanfaatan limbah jagung ini merupakan langkah positif mewujudkan listrik hijau yang sejalan dengan komitmen pengurangan emisi karbon di Indonesia.
“PLN terus meningkatkan bauran energi hijau dalam penyediaan listrik nasional. Dengan menerapkan _co-firing_ biomassa menjadi salah satu solusi cepat dalam mengurangi emisi karbon dan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) karena tidak perlu membangun pembangkit baru,” tuturnya.
Selain pengurangan emisi dan penggunaan energi fosil, Darmawan menjelaskan, _co-firing_ juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa.
Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah menyampaikan pihaknya telah menyelesaikan uji coba _co-firing_ bonggol jagung di dua lokasi, yaitu PLTU Punagaya dan PLTU Tanjung Awar-Awar, Tuban.
Ruly mencatat, total kebutuhan biomassa bahan _co-firing_ PLTU Punagaya mencapai 100 ribu ton per tahun dengan potensi penurunan emisi mencapai sekitar 169 ton CO2. Kabupaten Jeneponto memiliki potensi limbah jagung yang dapat dipergunakan sekaligus menjadi solusi pengurangan sampah.
Tidak saja berdampak positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan, _co-firing_ yang diterapkan oleh PLN Nusantara Power juga berperan dalam menggerakan roda perekonomian dan Usaha Miro Kecil Menengah (UMKM) warga sekitar PLTU tersebut.
“Selain berkontribusi positif pada lingkungan, metode _co-firing_ ini juga merupakan hasil dari pasokan UMKM warga sekitar sehingga program ini turut mengangkat tingkat ekonomi masyarakat,” tambah Ruly.
Dirinya melanjutkan, PLN Nusantara Power juga mengaplikasikan _co-firing_ di 25 PLTU yang ada di Indonesia.
“PLN NP saat ini telah berhasil menerapkan _co-firing_ di 25 PLTU yang ada. Di tahun 2023 lalu kami telah memproduksi 525,62 GWh energi hijau dari _co-firing_ atau setara dengan reduksi emisi karbon sebesar 533.291,79 metrik ton,” terang Ruly. (Red)